Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Prabowo Subianto memiiki program prioritas swasembada pangan. Salah satunya, dengan menargetkan dapat mencetak lahan sawah baru sebanyak 3 juta hektare per tahun.
Menteri Kementerian Pekerjaan Umum Dody Hanggodo mengatakan pihaknya berkomitmen dalam mendukung swasembada pangan dan swasembada air.
Rencana pembangunan yang akan dilakukan Kementerian Pekerjaan Umum tahun 2025 pada sektor sumber daya air antara lain pembangunan 16 unit bendungan, 10.000 hektare jaringan irigasi, rehabilitasi 45.000 jaringan irigasi, 1,5 meter kubik per detik prasarana air baku, dan 40 kilometer bangunan pengendali banjir dan pengaman pantai.
Sepanjang tahun 2025 Kementerian PU menargetkan kapasitas tampungan air 59,67 meter kubik per kapita per tahun, efisiensi pemanfaatan air irigasi 0,34 liter per meter kubik.
Di awal 2025, kementerian menargetkan 6 bendungan yang tersebar di 5 provinsi bisa beroperasi.
Menurutnya, bendungan sebagai salah satu infrastruktur sumber daya air memiliki peran penting dalam mewujudkan swasembada pangan.
Baca Juga
“Kita sepakat bahwa infrastruktur sumber daya air sangat penting untuk mendukung sasaran swasembada pangan dan oleh karena itu terus kita lanjutkan. Kita bisa melihat misalkan dari bendungan, bendung, lalu masuk ke irigasi primer, sekunder, dan tersier hingga langsung ke sawah-sawah,” ujarnya, Rabu (8/1/2025).
Enam bendungan yang siap diresmikan di awal 2025 yakni Bendungan Rukoh dan Keureuto di Aceh, Bendungan Jlantah di Jawa Tengah, Bendungan Sidan di Bali, Bendungan Marangkayu di Kalimantan Timur dan Bendungan Meninting di Nusa Tenggara Barat.
Bendungan Rukoh terletak di Kabupaten Pidie memiliki kapasitas tampung 128 juta meter kubik. Bendungan ini akan mengairi area irigasi seluas 11.950 hektare dengan pola tanam padi-padi-palawija dan intensitas tanam 300%, serta mengurangi potensi banjir hingga 89,62% serta potensi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) 140 MW. Selain itu, bendungan ini menyediakan air baku sebesar 0,90 meter kubik/detik. Pembangunannya dilaksanakan pada 2018 – 2024 dengan biaya APBN Rp 1,7 triliun.
Selanjutnya Bendungan Keureuto terletak di Kabupaten Aceh Utara memiliki kapasitas tampung 216 juta meter kubik. Bendungan ini dirancang untuk mengairi 9.455 hektare lahan irigasi, menyuplai air baku 0,5 meter kubik per detik untuk 5 kecamatan di Kabupaten Aceh Utara, dan menghasilkan listrik 6,34 megawatt sekaligus mereduksi banjir hingga 30% di Kabupaten Aceh Utara meliputi Kecamatan Matang Kuli, Kecamatan Lhoksukon dan kecamatan Tanah Luas. Pembangunan dilaksanakan dalam kurun waktu 2016 – 2024 dengan biaya APBN Rp 2,73 Triliun.
Bendungan Jlantah di Kabupaten Karanganyar Jawa Tengah memiliki kapasitas tampung 10,97 juta meter kubik. Bendungan ini memiliki manfaat untuk irigasi seluas 1.494 hektare, reduksi banjir 87 hektare, air baku 0,1 meter kubik per detik dan potensi listrik 0,6 Megawatt. Pembangunan bendungan ini dilaksanakan pada 2019-2024 dengan anggaran Rp1,02 triliun.
Di Bali, Bendungan Sidan yang memiliki kapasitas tampung 5,76 Juta meter kubik siap diresmikan. Bendungan ini memiliki manfaat untuk air baku 1,75 meter kubik per detik dan potensi listrik tenaga mikrohidro sebesar 0,65 MW. Bendungan ini dibangun pada 2018 – 2024 dengan anggaran Rp1,8 triliun.
Kemudian Bendungan Marangkayu di Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur memiliki kapasitas tampung 12,3 juta meter kubik. Bendungan ini memiliki manfaat untuk irigasi 1.500 hektare, air baku 0,45 meter kubik per detik dan potensi Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) 135 kWh. Bendungan ini dibangun pada 2023 – 2024 dengan anggaran Rp191,26 miliar.
Bendungan keenam yang siap diresmikan yakni Bendungan Meninting di Kabupaten Lombok Barat NTB yang memiliki kapasitas tampung 12 juta meter kubik. Bendungan ini memiliki manfaat irigasi 1.559 hektare, air baku 0,15 meter kubik per detik dan potensi listrik 0,8 MW. Bendungan ini dibangun pada 2019 – 2024 dengan anggaran Rp1,4 triliun.
Sementara itu, Wakil Menteri Pertanian Sudaryono menargetkan tidak mengimpor empat komoditas pangan pada 2025 yakni beras, jagung, garam konsumsi dan gula konsumsi.
Dia berharap petani milenial turut berperan dalam pencapaian target dengan terjun langsung menanam komoditas sehingga produksi pertanian dalam negeri bisa memenuhi kebutuhan masyarakat.
“Banyuwangi merupakan daerah agraris dengan hasil pertanian yang besar. Banyuwangi juga dikenal memiliki inovasi di sektor pertanian, apalagi kini pelakunya banyak anak muda,” katanya dikutip dari Antara.
Pihaknya mengapresiasi akselerasi program pertanian yang dilakukan Pemkab Banyuwangi, sehingga mendorong munculnya banyak anak muda yang tertarik berkecimpung di dunia pertanian.
Dia juga menyatakan siap mendukung program-program pertanian yang ada di kabupaten ujung timur Pulau Jawa itu.