Bisnis.com, JAKARTA - Malaysia mengajak investor Indonesia untuk turut terlibat dalam pengembangan bahan bakar penerbangan berkelanjutan atau Sustainable Aviation Fuel (SAF).
Menteri Perkebunan dan Komoditas Malaysia Johari Abdul Ghani mengatakan pihaknya membuka peluang kerja sama dalam bidang SAF bersama Indonesia. Hal ini mengingat posisi kedua negara sebagai produsen kelapa sawit terbesar di dunia.
Sebagai informasi, SAF merupakan bahan bakar penerbangan yang dibuat dari campuran bahan bakar jet konvensional (avtur) dan bahan pencampur berkelanjutan. Salah satu bahan pencampur yang dapat digunakan adalah kelapa sawit.
"Saya ingin mengajak investor Indonesia untuk berkolaborasi dengan Malaysia. Ini adalah peluang, karena kita memiliki banyak sumber daya untuk memproduksi SAF," katanya dalam konferensi pers 12th Ministerial Meeting of Council of Palm Oil Producing Countries di Jakarta pada Jumat (29/11/2024).
Johari mengatakan, peluang investasi pada sektor SAF di Malaysia masih sangat besar. Dia menuturkan, saat ini baru ada dua perusahaan yang menyatakan ketertarikannya untuk membangun kilang produksi SAF.
Johari memaparkan, perusahaan minyak milik pemerintah Malaysia, Petronas, sedang mempersiapkan pembangunan kilang dan pabrik SAF dengan kapasitas 650.000 metrik ton. Sementara itu, satu perusahaan swasta juga berencana membangun pabrik dengan kapasitas 350.000 metrik ton.
Adapun, Johari juga optimistis baik Malaysia maupun Indonesia dapat menjadi pemain utama pada industri bahan bakar penerbangan berkelanjutan ini. Oleh karena itu, pihaknya siap bekerja sama dengan pemerintah Indonesia agar pengembangan SAF ke depannya berjalan optimal.
Dia menuturkan, saat ini pemerintah Malaysia belum menentukan target penggunaan SAF pada avtur pesawat. Johari mengatakan, pihaknya sedang mengkaji rencana target penggunaan 1% dan 2% SAF ke bahan bakar pesawat. "Ini belum ditentukan, masih dalam proses," kata Johari.
Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menambahkan penggunaan SAF, terutama dengan campuran sawit, perlu terus disuarakan pada forum-forum internasional. Pasalnya, dia mengatakan, beberapa negara saat ini menolak penggunaan kelapa sawit.
Dia menilai, forum seperti CPOPC diperlukan untuk meningkatkan kesadaran negara-negara terhadap penggunaan SAF dengan campuran kelapa sawit.