Bisnis.com, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkap perkembangan industri 4.0 yang semakin berkembang. Kini konsep industri tersebut tak hanya berpusat pada teknologi, tapi juga mengarah pada sistem keberlanjutan.
Hal ini ditunjukkan melalui Indonesia 4.0 Conference & Expo 2024 di tahun ke-6 nya dengan mengangkat tema 'Together Towards the Sustainability' untuk membahas teknologi industri 4.0 yang juga menunjang aspek sustainability di sektor manufaktur.
Kepala Badan Standardisasi dan Kebijakan Jasa Industri, Andi Rizaldi mengatakan integrasi teknologi industri dengan aspek keberlanjutan salah satunya dapat mendukung industri untuk menyesuaikan kebijakan carbon border adjusment mechanism (CBAM).
"Kalau sekarang beberapa negara di Eropa sudah menggunakan CBAM, misalnya. Jadi, kalau kita ekspor ke mereka, mereka akan melihat history-nya. Apakah bahan bakunya ramah lingkungan, desainnya ramah lingkungan, bahan pembantunya ramah lingkungan, kemudian pekerjaannya juga safety, dan bekerja sesuai SOP, dan sebagainya," kata Andi di Jiexpo, Selasa (27/8/2024).
Dengan penerapan industry 4.0 berkelanjutan untuk manufaktur maka akan meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya, mengurangi limbah, dan meminimalkan dampak lingkungan.
Konsep ini juga menciptakan siklus hidup produk yang tertutup (closed-loop product life cycles) dan simbiosis industri. Tak hanya itu, koordinasi juga menjadi lebih efisien dari aliran produk, material, energi, dan air di sepanjang siklus hidup produk dan antar berbagai pabrik.
Baca Juga
"Dalam perspektif makro, aspek keberlanjutan dalam impIementasi industri 4.0 mencakup berbagai dimensi yang melibatkan peningkatan efisiensi sumber daya, pengurangan limbah, serta optimalisasi penggunaan energi dan material," ujarnya.
Sedangkan dalam perspektif mikro, Industri 4.0 memungkinkan pabrik dan proses produksi untuk lebih adaptif, efisien, dan ramah lingkungan, dengan fokus pada optimalisasi penggunaan sumber daya dan perbaikan kesejahteraan pekerja.
Di tingkat mikro, organisasi manufaktur diatur secara terdesentralisasi, yang memungkinkan alokasi sumber daya (produk, material, energi, dan air) yang lebih efisien untuk menyesuaikan penggunaan sumber daya secara dinamis, sesuai dengan kebutuhan yang spesifik.
Keberlanjutan juga merupakan aspek yang diperhatikan dalam memilih Lighthouse Industri 4.0. Istilah tersebut mengacu pada perusahaan-perusahaan yang dipilih dan dinilai mampu oleh Kemenperin menjadi percontohan (role model) bagi industri lainnya dalam bertransformasi dan mengimplementasikan teknologi industri 4.0, serta memperoleh dampak finansial, operasional dan teknologi.
Perusahaan yang dipilih sebagai Lighthouse Industri 4.0 didorong untuk bertindak sebagai mercusuar untuk memandu industri lain dalam implementasi sekaligus menghadapi tantangan dan peluang dari teknologi industri 4.0. Saat ini, terdapat 29 Lighthouse Industri 4.0 sektor manufaktur di Indonesia.
Pemilihan perusahaan Lighthouse Industri 4.0 tidak hanya berfokus pada penggunaan teknologi industri 4.0, namun bagaimana implementasi teknologi industri 4.0 tersebut dapat terbukti memberikan dampak finansial dan operasional yang juga memperhatikan aspek sustainability, antara lain penurunan penggunaan energi, peningkatan efisiensi kerja, penurunan konsumsi bahan industri, penurunan biaya operasional dan peningkatan produktivitas.
Teknologi industri 4.0 seperti otomatisasi, Internet of Things (IoT), dan digitalisasi memungkinkan pengelolaan proses produksi yang lebih cerdas dan hemat energi, sehingga menciptakan keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, perlindungan lingkungan, dan kesejahteraan sosial.
"Sebagai contoh, capaian aspek sustainability pada tiga perusahaan Lighthouse Industri 4.0, yaitu PT. Indolakto, PT Akebono, PT Pupuk Kaltim, memberikan bukti bahwa implementasi teknologi industri 4.0 dapat mendukung perusahaan dalam hal line efficiency, energy efficiency, operational cost efficiency, dan operational efficiency," pungkasnya.