Bisnis.com, JAKARTA — Laporan BloombergNEF menyebut bahwa China, Indonesia, dan Vietnam harus melakukan pengurangan emisi karbon, karena rencana ketiga negara ini terlalu mencemari lingkungan dan lebih mahal dibandingkan energi alternatif yang lebih bersih.
BloombergNEF dalam New Energy Outlook mencatat ketiga negara ini menyumbang 34% emisi sektor energi global tahun lalu dan memiliki peluang terbesar untuk meningkatkan ambisi mereka.
Sementara itu, negara-negara seperti India, Korea Selatan, Jerman, AS, dan Australia, meskipun berada dalam posisi yang lebih baik untuk mencapai net zero, juga memiliki ruang untuk meningkatkan pengurangan emisi. Adapun laporan ini mencermati total 12 negara yang mencakup dua pertiga dari emisi energi dunia.
Laporan tersebut menjelaskan China merupakan penghasil emisi karbon terbesar di dunia, telah berjanji untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060. China membakar batu bara, minyak, dan gas alam yang mencapai rekor tertinggi pada tahun 2023, tetapi juga dengan cepat memperluas penggunaan energi terbarukan.
Sementara itu, Indonesia dan Vietnam yang merupakan penghasil emisi terbesar di Asia Tenggara, menerima pendanaan senilai miliaran dolar dari negara-negara ekonomi maju G7 untuk mendanai transisi mereka dari batu bara dan mempercepat tanggal puncak emisi.
"Namun, target iklim resmi mereka yang disampaikan kepada Perserikatan Bangsa-Bangsa [PBB] tidak memenuhi skenario, dengan pemanasan global dibatasi hingga 1,5 derajat di atas tingkat pra-industri, juga tidak selaras dengan keputusan yang paling rasional secara ekonomi," tulis laporan tersebut.
Baca Juga
Bahkan dalam skenario di mana energi terbarukan tumbuh untuk mengambil lebih dari 50% pangsa pasokan energi global pada tahun 2030, emisi di Indonesia dan Vietnam kemungkinan akan meningkat hingga akhir dekade berikutnya.
Laporan tersebut menilai China berada dalam posisi yang lebih baik untuk lebih ambisius dengan targetnya, berkat rekam jejaknya yang kuat dalam penerapan energi hijau.