Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

INSA Bicara Masa Depan Green Shipping Industri Pelayaran di RI

INSA mendorong terwujudnya green shipping di Indonesia kendati masih dihadapkan pada sejumlah tantangan.
Kapal berlabuh di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta./JIBI-Nurul Hidayat
Kapal berlabuh di kawasan Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta./JIBI-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Indonesian National Shipowners' Association (INSA) mendorong terwujudnya green shipping di Indonesia, yang salah satunya terkait dengan energi terbarukan sebagai alternatif penggunaan bahan bakar kapal.

Ketua Umum DPP INSA Carmelita Hartoto mengatakan industri pelayaran Indonesia tengah menuju green shipping dengan pengembangan energi terbarukan sebagai alternatif bahan bakar kapal.

“Hanya saja kita masih harus terus berbenah, karena tantangannya juga cukup banyak,” kata Carmelita dalam konfrensi Asia Pasific Maritime (APM) 2024 di Singapura, dikutip Kamis (13/3/2024).

Dia menambahkan selain bahan bakar fosil sektor pelayaran sebenarnya memiliki beberapa alternatif bahan bakar yang lebih ramah lingkungan. Contohnya biodiesel, LNG, amonia, metanol, hidrogen, nuklir dan listrik.

Menurutnya, masing-masing sumber energi ini mempunyai kelebihan dan kekurangan, baik dari segi keamanan dan risiko lingkungan, ketersediaan, infrastruktur bunkering, storage di dalam kapal, hingga kesiapan teknologi.

Adapun, dari beberapa alternatif bahan bakar tersebut, jenis bio diesel, LNG dan listrik yang kesiapan dan ketersedian teknologinya paling mungkin tercapai untuk digunakan sebagai bahan bakar kapal saat ini, terutama di Indonesia.

Pemerintah sendiri telah mewajibkan penggunaan biodiesel untuk kapal laut dengan kandungan fame hingga 40% (B40). Biodiesel memiliki keunggulan karena ketersediaan stok yang lebih banyak dengan infrastruktur penunjang yang lebih berkembang.

“Namun, harganya lebih mahal, dan meningkatkan biaya perawatan karena membuat kapal lebih sering melakukan penggantian filter sebab penggunaan B40," ujarnya.

Sementara itu, bahan bakar LNG menjadi salah satu bahan bakar alternatif kapal masa depan yang dapat mereduksi gas rumah kaca hingga 23%, dibandingkan bahan bakar berbasis minyak saat ini.

Meski masih menghadapi sejumlah tantangan, layanan bunkering LNG juga terus dikembangkan oleh PGN (Perusahaan Gas Negara). Terminal Bunkering LNG direncanakan berada di Arun dan Bontang, sedangkan LNG Bunkering kapal berpotensi dikembangkan di Batam, Tanjung Priok, Tanjung Perak dan beberapa pelabuhan lainnya.

Carmelita menambahkan, saat ini sudah ada pilot project kapal penunjang kegiatan lepas pantai milik pelayaran nasional yang menggunakan dual fuel (bahan bakar minyak dan LNG), dengan lokasi kerja di Mahakam dengan mengisi bahan bakarnya di PHM (Pertamina Hulu Mahakam).

Sementara itu, pilot project pada kapal berbahan bakar listrik juga telah dimulai di Surabaya, Jawa Timur oleh kapal milik pemerintah. Kesuksesan pilot project ini akan dikembangkan di Ibu Kota Nusantara (IKN) Kalimantan Timur.

Carmelita menuturkan, Indonesia dapat mengacu pada beberapa negara yang lebih dulu dan lebih maju dalam pengembangan kapal bertenaga listrik ramah lingkungan. Beberapa negara tersebut seperti, Denmark, dan Selandia Baru. Bahkan Norwegia saat ini sedang mengembangkan bahan bakar energy hydrogen dan ammonia, untuk mencapai ambisi mereka menjadikan negara dengan zero-emission pada 2030.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler