Bisnis.com, JAKARTA — Himpunan Kawasan Industri (HKI) mengungkap sebanyak 29 perusahaan yang mengembangkan ekosistem energi baru terbarukan (EBT) di Kepulauan Riau (Kepri) akan mendukung kerja sama ekspor listrik bersih RI ke Singapura.
Ketua Umum Terpilih HKI Akhmad Maruf mengatakan pihaknya telah menandatangani kerja sama dengan Singapura untuk komitmen kolaborasi pengembangan kawasan industri hijau yang mengintegrasikan rantai pasok EBT.
“Sudah ada 29 [perusahaan] untuk bikin renewable, dan itu hilirisasi sampai integrated semuanya end-to-end,” kata Akhmad saat ditemui di Jakarta, Rabu (18/6/2025).
Akhmad menilai keputusan pemerintah Indonesia, dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk membuka ekspor listrik bersih ke Singapura sebagai peluang terbuka bagi seluruh pihak terkait, terutama pengusaha kawasan industri nasional.
Pasalnya, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia memberikan syarat kepada Singapura untuk mengembangkan industri solar panel di Indonesia sebelum melakukan importasi listrik dari RI.
“Yang sekarang itu sudah berjalan, yang sekarang di Kepri itu udah berjalan. Tanpa menunggu yang itu kita udah berjalan,” tuturnya.
Baca Juga
Menurut Akhmad, saat ini 29 perusahaan tersebut sudah mulai memproduksi berbagai jenis produk solar panel maupun komponennya. Hasil produksi yang merupakan bagian dari hilirisasi tersebut dapat mendukung program ekspor listrik.
“Ya, itu ekspor listrik dan segala macamnya,” imbuhnya.
Sementara itu, untuk membangun kawasan industri hijau yang baru, Akhmad juga menerangkan bahwa terdapat potensi serapan lahan hingga ribuan hektare dalam kerja sama dengan Singapura itu.
“Ribuan hektare. Karena untuk ekspor listriknya kan, kalau ekspor listrik itu kan yang hijau itu kan 1 hektare 1 giga. Kalau 5 giga kan butuh berapa, kerja samanya sampai 5 tahun kan,” pungkasnya.
Sebagaimana diketahui, Indonesia dan Singapura menyiapkan investasi mencapai lebih dari US$10 miliar atau setara Rp162,67 triliun (asumsi kurs Rp16.267 per US$) untuk pengembangan energi berbasis ramah lingkungan.
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan dana investasi tersebut akan digunakan untuk membangun rantai pasok panel surya, mematenkan teknologi penangkapan karbon (Carbon Capture Storage/CCS), dan merintis kawasan industri hijau.
Besaran angka investasi tersebut, sambung Bahlil, menegaskan komitmen kedua pemerintah dalam menempatkan isu energi bersih sebagai prioritas kebijakan dan peluang bisnis di kawasan Asia Tenggara.
Dia menjelaskan, skema modal hingga US$10 miliar tersebut terbagi dalam tiga langkah strategis. Pertama, pembangunan instalasi besar-besaran panel surya.
Kedua, investasi pada fasilitas CCS yang menjanjikan posisi Indonesia dan Singapura sebagai pionir regional. Ketiga, pendirian kawasan industri hijau yang akan menyatukan rantai pasok manufaktur, teknologi, dan logistik dengan standar rendah emisi karbon.