Bisnis.com, JAKARTA — Singapura kembali mengambil langkah anyar untuk menjamin pasokan energi domestiknya. Pemerintah negara tersebut telah memberi izin bersyarat kepada Singa Renewables Pte Ltd. untuk mengimpor listrik bertenaga surya dengan kapasitas 1 gigawatt (GW) dari Indonesia.
Singa Renewables sendiri merupakan perusahaan patungan hasil kerja sama investasi antara Royal Golden Eagle atau RGE dan perusahaan energi asal Prancis, TotalEnergies. Sebagaimana diketahui, RGE merupakan perusahaan yang didirikan konglomerat Sukanto Tanoto dan berbasis di Singapura.
Perusahaan patungan itu akan beroperasi untuk mengembangkan, membangun, dan mengoperasikan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dan penyimpanan energi baterai atau battery energy storage system (BESS). Proyek yang berlokasi di provinsi Riau, Indonesia, ini akan memulai fase konstruksi secara bertahap.
Kesepakatan investasi bersama antara RGE dan TotalEnergies secara resmi ditandatangani pada Rabu (28/5/2025) di Istana Negara dan diumumkan di hadapan Presiden Indonesia Prabowo Subianto serta Presiden Prancis Emmanuel Macron dalam kunjungan kenegaraannya.
Selang dua hari kemudian, Jumat (30/5/2025), Singa resmi menerima izin bersyarat dari Energy Market Authority (EMA). Izin tersebut diberikan langsung oleh Chief Executive EMA, Puah Kok Keong, kepada perusahaan tersebut di hadapan Menteri Ketenagakerjaan sekaligus Menteri Pelaksana Energi dan Sains & Teknologi Singapura, Tan See Leng, bersama Menteri Ekonomi, Keuangan dan Industri Prancis, Eric Lombard.
Pada kesempatan yang sama, Singa juga menandatangani nota kesepahaman dengan Singapore Energy Interconnections Pte Ltd (SGEI), entitas bisnis baru yang ditunjuk pemerintah Singapura untuk ikut membangun jaringan listrik bawah laut yang memungkinkan impor energi Singapura dari Indonesia.
RGE Managing Director Imelda Tanoto, yang tak lain merupakan putri Sukanto Tanoto, mengemukakan bahwa kesepakatan ini merupakan bagian dari langkah perusahaan untuk memperkuat konektivitas regional dan berkontribusi dalam percepatan transisi energi di kawasan Asean.
“Kami berkomitmen untuk menciptakan nilai ekonomi jangka panjang bagi Indonesia melalui peningkatan investasi, pengembangan rantai nilai energi surya di Indonesia, serta penciptaan para tenaga ahli di bidang energi terbarukan,” kata Imelda dalam siaran pers.
Pada kesempatan yang sama, President Asia and Member of the Executive Committee TotalEnergies Helle Kristoffersen mengatakan proyek tenaga surya berskala besar (utility-scale project) ini adalah wujud komitmen perusahaan dalam mendukung upaya transisi energi di wilayah Asean, sekaligus memastikan ketahanan energi.
“Keberadaan proyek ini diharapkan dapat mendorong pengembangan infrastruktur regional di bidang energi terbarukan sekaligus mendekatkan kita kepada visi besar Asean Power Grid,” kata Kristoffersen.
Selain untuk mendukung peluang ekspor energi surya ke Singapura, proyek ini juga ditargetkan memberikan pasokan energi terbarukan untuk konsumsi domestik Indonesia. Pasokan listrik diharapkan dapat kawasan industri hijau di provinsi Riau.
Geliat Singapura Bangun Konektivitas Energi Terbarukan
Rencana impor listrik bertenaga surya yang melibatkan Sukanto Tanoto dan TotalEnergies merupakan langkah terbaru Singapura dalam membangun jaringan energi terbarukan. Negara yang selama ini mengandalkan impor gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) untuk listriknya itu tercatat telah meneken kesepakatan senilai miliaran dolar dengan berbagai negara, bahkan Australia, untuk mencapai target energi bersih berkapasitas 6 GW pada 2035.
Mengutip Bloomberg, Singapura telah menyetujui impor listrik sebesar 3,4 GW dari Indonesia, mayoritas ditopang oleh energi surya. Awal pekan lalu, perusahaan energi terkemuka Singapura dan Malaysia membentuk konsorsium untuk mengeksplorasi peluang jaringan energi hijau bertenaga angin dari Vietnam.
Melalui kerja sama ini, Malaysia yang diwakili oleh MY Energy Consortium, sebuah konsorsium yang dibentuk oleh Tenaga Nasional Berhad (TNB) dan Petroliam Nasional Berhad (Petronas), akan bekerja sama dengan konsorsium yang terdiri atas PetroVietnam Technical Services Corporation (PTSC), Energy Group (Petrovietnam) dan anak usaha Sembcorp Industries yakni Sembcorp Utilities Pte Ltd. asal Singapura.
Konsorsium ini nantinya bakal mengeksplorasi potensi energi terbarukan Vietnam, terutama energi bertenaga bayu atau angin lepas pantai (offshore), sebagai sumber energi hijau yang bisa dipasok ke negara tetangga.
Kelayakan ekspor energi terbarukan dari Vietnam dan Singapura melalui kabel bawah laut juga bakal dinilai dalam konsorsium ini. Nantinya, infrastruktur tersebut diharapkan dapat terintegrasi dengan jaringan listrik di Semenanjung Malaysia.
“Konsorsium ini akan bekerja sama dengan otoritas pemerintahan yang relevan selama proses pengembangan, termasuk untuk perizinan dalam berbagai tahap,” tulis Sembcorp Industries dalam siaran pers, Senin (26/5/2025).