Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) memperkirakan produksi bahan bakar penerbangan berkelanjutan (SAF) atau bioavtur akan berlipat ganda di tahun ini menjadi 2 juta ton.
Angka tersebut mewakili 0,7% dari konsumsi bahan bakar maskapai penerbangan global. Badan industri berpengaruh IATA memperingatkan maskapai penerbangan global akan semakin kesulitan untuk memenuhi tujuan keberlanjutan mereka. IATA menyebut produksi SAF yang lebih mahal daripada bahan bakar jet konvensional ini berjalan sangat lambat.
Direktur Jenderal IATA Willie Walsh mengatakan meskipun peningkatan produksi menggembirakan, namun jumlah yang relatif kecil akan menambah US$4,4 miliar secara global pada tagihan bahan bakar penerbangan.
"Laju kemajuan dalam meningkatkan produksi dan memperoleh efisiensi untuk mengurangi biaya harus dipercepat," ujarnya dikutip Reuters, Senin (2/6/2025).
Sektor penerbangan yang lebih luas sepakat pada 2021 untuk menargetkan emisi nol bersih tahun 2050 terutama berdasarkan peralihan bertahap ke SAF, yang terbuat dari limbah minyak dan biomassa.
Willie menuturkan maskapai penerbangan berselisih dengan perusahaan energi mengenai pasokan SAF yang langka. Mereka juga menuding produsen pesawat, seperti Airbus dan Boeing, berkontribusi atas keterlambatan dalam pengiriman jet yang lebih hemat bahan bakar. S
Baca Juga
Sebagian Besar SAF Dikirim ke Eropa Sebagian besar SAF atau bioavtur kini mengarah ke Eropa di mana mandat UE dan Inggris mulai berlaku pada 1 Januari 2025. Biaya SAF bagi maskapai penerbangan kini meningkat dua kali lipat di Eropa karena biaya kepatuhan yang dikenakan oleh produsen atau pemasok SAF.
Adapun untuk satu juta ton SAF yang diperkirakan akan dibeli guna memenuhi mandat Eropa pada 2025, biaya yang diperkirakan pada harga pasar saat ini mencapai US$1,2 miliar atau setara Rp19,55 triliun. Biaya kepatuhan diperkirakan menambah biaya yang harus dikeluarkan maskapai sebesar US$1,7 miliar atau Rp 27,69 triliun di atas harga pasar.
Angka ini seharusnya bisa mengurangi emisi karbon sebesar 3,5 juta ton lagi. Mandat SAF Eropa membuat SAF lima kali lebih mahal dibandingkan bahan bakar jet konvensional.