Bisnis.com, JAKARTA — Penambahan kapasitas pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di China pada April 2025 mencapai rekor tertinggi untuk bulan tersebut. Rekor ini seiring dengan geliat para pengembang dalam menyelesaikan proyek energi terbarukan sebelum perubahan kebijakan diberlakukan.
Menurut data yang dirilis oleh Administrasi Energi Nasional (National Energy Administration/NEA), China memasang sekitar 45 gigawatt (GW) tenaga surya pada bulan lalu. Instalasi ini tiga kali lipat lebih tinggi dibandingkan bulan yang sama tahun sebelumnya, berdasarkan perhitungan Bloomberg dari data resmi.
Instalasi tenaga surya biasanya mengalami lonjakan pada Desember karena banyak perusahaan menutup tahun fiskal mereka atau mengejar target tahunan. Namun, lonjakan tajam di pertengahan tahun ini melanjutkan tren yang dimulai sejak kuartal pertama, ketika para pengembang berlomba menyelesaikan proyek sebelum perubahan kebijakan harga diberlakukan.
Lonjakan ini didorong oleh upaya untuk mengamankan tarif listrik tetap, sebelum transisi ke sistem harga baru berbasis pasar yang dimulai pada Mei dan Juni.
Meski begitu, momentum tersebut diperkirakan akan melambat karena permintaan menurun setelah kebijakan baru mulai berlaku.
Harga di seluruh rantai pasok industri surya, termasuk wafer dan modul, telah mulai turun sejak April. Hal mencerminkan lemahnya sentimen pasar, menurut Asosiasi Industri Silikon China.
Baca Juga
Sementara itu, produksi sel surya (solar cells) pada April turun sekitar 8% dibandingkan dengan bulan sebelumnya, menurut data dari Biro Statistik Nasional. Hal ini mengindikasikan bahwa permintaan mulai menyusut. Namun, produksi tetap naik 33% secara tahunan, mencapai 72 GW.
Sebagai tambahan, China juga menambahkan 5,3 GW tenaga angin dan 3,7 GW tenaga termal pada April, menurut NEA.