Bisnis.com, JAKARTA — PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) masih kokoh menempati peringkat teratas sebagai emiten dengan skor environmental, social and governance (ESG) terbaik.
PGEO menjadi satu-satunya perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan nilai ESG di bawah 10 atau dalam kategori negligible. Ini artinya PGEO memiliki risiko ESG yang dapat diabaikan.
Berdasarkan catatan Sustainalytics, perusahaan asal Amsterdam yang menilai level keberlanjutan perusahaan terbuka, nilai ESG teranyar PGEO berada di angka 7,11. Angka itu menempatkan PGEO sebagai perusahaan dengan ESG teratas di antara 632 perusahaan di sektor utilitas. Secara keseluruhan, PGEO menempati peringkat 46 dari 14.361 korporasi dunia yang diperingkat Sustainalytics.
Mengutip laporan keuangan perusahaan per 31 Maret 2025, PGEO membukukan laba bersih sebesar US$31,37 juta atau sekitar Rp528,91 miliar pada kuartal I/2025. Realisasi ini turun 33,97% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu.
Penurunan laba bersih ini sejalan dengan koreksi pada pos pendapatan PGEO. Sepanjang Januari–Maret 2025, PGEO mengantongi pendapatan sebesar US$101,51 juta, turun dibandingkan dengan posisi US$103,32 juta pada kuartal I/2024.
Pendapatan ini disumbangkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) area Kamojang sebesar US$39,08 juta, Ulubelu senilai US$28,12 juta, Lahendong sebesar US$21,31 juta, Lumut Balai US$10,51 juta, dan Karaha US$2,46 juta.
Baca Juga
Sejalan dengan penurunan pendapatan, beban pokok dan beban langsung lainnya tercatat meningkat 6,78% year on year (YoY) menjadi US$43,25 juta. Alhasil, PGEO meraih laba kotor senilai US$58,25 juta atau turun 7,25% YoY.
Lebih lanjut, PGEO mampu menekan beban umum dan administrasi sebesar 34,6% YoY menjadi US$3,01 juta. Namun, laba usaha tetap mengalami penurunan menjadi US$55,33 juta pada kuartal I/2025, dari sebelumnya US$58,26 juta.
Setelah memperhitungkan pendapatan dan beban lainnya, PGEO mencetak laba yang dapat diatribusikan kepada entitas induk atau laba bersih senilai US$31,37 juta hingga akhir Maret 2025. Capaian laba bersih PGEO itu turun 33,97% YoY dari periode sama tahun lalu sebesar US$47,51 juta.
Direktur Utama PGE Julfi Hadi menyatakan perusahaan terus memperkuat posisi sebagai pemimpin industri panas bumi di Indonesia dengan strategi operasional yang berkelanjutan.
"Pada 2024, PGE berhasil mencatat produksi listrik dan pendapatan tertinggi sepanjang sejarah, yang didukung oleh peningkatan kinerja operasional di beberapa wilayah kerja panas bumi. Kinerja yang solid ini mencerminkan komitmen kami dalam mengoptimalkan sumber daya dan meningkatkan kontribusi terhadap transisi energi nasional," ujar Julfi dalam keterangan resmi, dikutip Senin (28/4/2025).
Direktur Keuangan PGE Yurizki Rio menambahkan PGEO tetap fokus pada pengelolaan keuangan yang prudent dan optimal untuk memastikan keberlanjutan investasi dalam pengembangan proyek panas bumi baru dan peningkatan kapasitas produksi.
"Memang beban operasi meningkat, tetapi ini merupakan bagian dari investasi strategis untuk memperkuat fondasi pertumbuhan jangka panjang dan mendukung ekspansi kapasitas lebih besar ke depan,” imbuhnya.
Pada 2025, PGEO mengaku optimistis terhadap prospek pertumbuhan dengan rencana commissioning Lumut Balai Unit 2 berkapasitas 55 megawatt (MW) pada tahun ini.
Perseroan menilai tambahan kapasitas ini tidak hanya memperkuat portofolio energi hijau PGEO, tetapi juga berpotensi meningkatkan pendapatan dan daya saing dalam menghadapi permintaan energi bersih yang terus berkembang.
Dalam pemberitaan Bisnis.com sebelumnya, PGEO juga telah menggandeng perusahaan energi asal Turki, Zorlu Enerji Elektrik Üretim A.Ş, untuk menjajaki kerja sama pengembangan proyek PLTP. Kerja sama ini dituangkan dalam penandatanganan Joint Study Agreement (JSA) di Ankara, Turki pada 10 April 2025.