Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ikhtiar TBS Energi (TOBA) Kurangi Eksposur Bisnis Batu Bara

Pada awal 2025, TOBA telah merampungkan akuisisi Sembcorp Environment Pte dan menjual seluruh kepemilikan saham di PLTU Minahasa
Iim Fathimah Timorria,Nyoman Ary Wahyudi
Jumat, 21 Maret 2025 | 11:00
PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) merampungkan akuisisi Sembcorp Environment dengan nilai transaksi Rp4,77 triliun/Dok. Sembcorp via Antara
PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) merampungkan akuisisi Sembcorp Environment dengan nilai transaksi Rp4,77 triliun/Dok. Sembcorp via Antara

Bisnis.com, JAKARTA — Ikhtiar emiten pertambangan dan ketenagalistrikan PT TBS Energi Utama Tbk. (TOBA) dalam mengurangi eksposur bisnis batu bara makin terlihat pada awal 2025. Di tengah target netral karbon (net zero emission/NZE) pada 2030, TOBA terus menambah kapasitas bisnis non-fosil.

Awal Maret ini, TOBA merampungkan proses akuisisi Sembcorp Environment Pte Ltd (SembEnviro), perusahaan Singapura yang bergerak di bidang pengelolaan limbah dan solusi lingkungan. Nilai transaksi akuisisi ini mencapai 405 juta dolar Singapura atau sekitar Rp4,77 triliun.

Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), TOBA menyebutkan bahwa SembEnviro diakuisisi TOBA melalui SBT Investment 2 yang 100% sahamnya dimiliki secara tidak langsung oleh perusahaan. Manajemen menyatakan akuisisi yang selesai pada 18 Maret 2025 ini tidak berdampak negatif pada kegiatan operasional maupun keuangan perusahaan.

“Transaksi telah selesai dilaksanakan setelah terpenuhinya syarat pendahuluan yang telah disepakati sebelumnya berdasarkan Perjanjian Pembelian Saham tanggal 8 November 2024,” tulis manajemen.

Adapun syarat pendahuluan itu mencakup disetujuinya transaksi dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 20 Desember 2024 dan terbitnya persetujuan tertulis dari JTC Corporation dan National Environment Agency Singapura.

Dalam keterangan resmi yang dikutip Antara, manajemen TBS Energi menyebutkan akuisisi SembEnviro bakal memperkuat posisi TBS dalam bisnis ekonomi sirkular dan pengelolaan limbah di Asia Tenggara, melengkapi akuisisi sebelumnya di Asia Medical Enviro Services Pte. Ltd. (AMES) di Singapura dan ARAH Environmental Group di Indonesia pada 2023.

"Kami percaya bahwa masa depan bisnis TBS harus berjalan seiring dengan upaya dekarbonisasi dan praktik bisnis yang berkelanjutan. Kedua aksi korporasi penting yang dirampungkan baru-baru ini semakin mendekatkan kami pada visi tersebut," kata Presiden Direktur TBS Energi Dicky Yordan dalam keterangan resmi, Rabu (19/3/2025).

Sejalan dengan akuisisi tersebut, TOBA juga telah menyelesaikan divestasi seluruh kepemilikan saham di PT Minahasa Cahaya Lestari (MCL), perusahaan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbahan bakar batu bara, pada 5 Maret 2025.

Melalui divestasi MCL, TBS akan mengurangi eksposur terhadap aset energi berbasis fosil secara signifikan, sekaligus mempercepat upaya dekarbonisasi perusahaan menuju netralitas karbon.

Langkah strategis ini diperkirakan akan memangkas lebih dari 750.000 ton emisi karbon dioksida ekuivalen (CO₂ ekuivalen) per tahun, setara dengan lebih dari 45% total emisi karbon TBS pada 2024.

Sejalan dengan divestasi bisnis energi fosil, TOBA juga melaporkan penyelesaian pembiayaan untuk proyek energi terbarukan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terapung di Tembesi, Batam. Perusahaan juga telah memulai operasi komersial untuk pembangkit listrik tenaga minihidro (PLTM) di Lampung.

Dicky mengemukakan penyelesaian pembiayaan PLTS terapung dan dimulainya operasi komersial PLTM menandai perkembangan diversifikasi perusahaan ke bisnis yang lebih berkelanjutan.

Ikhtiar TBS Energi (TOBA) Kurangi Eksposur Bisnis Batu Bara

Proyek PLTS Terapung Tembesi, yang dikembangkan melalui kerja sama dengan PLN Nusantara Power, diharapkan dapat berkontribusi pada bauran energi terbarukan Indonesia dengan memanfaatkan teknologi surya terapung yang inovatif.

“Dengan kapasitas terpasang sebesar 46 MWp, pembangkit listrik ini akan menjadi salah satu inovasi energi terbarukan yang signifikan di Batam,” kata Dicky.

Setelah mencapai tanggal penyelesaian pembiayaan, tahap konstruksi PLTS terapung di Batam akan dimulai. Emiten berkode saham TOBA itu menargetkan penyelesaian operasi komersial penuh dan integrasi ke dalam jaringan listrik nasional pada kisaran kuartal keempat 2025. 

Sementara itu, PLTM Sumber Jaya di Lampung yang mencapai tanggal operasi komersial (COD) per 22 Januari 2025 disebut Dicky menandai kontribusi dalam penyediaan energi bersih sebesar 6 megawatt (MW) di wilayah Sumatra bagian selatan.

Nasib Finansial TOBA setelah Transisi Bisnis

Seiring dengan divestasi PLTU dan bertambahnya kapasitas energi terbarukan, TOBA mengestimasi perubahan signifikan dalam struktur earnings before interest, taxes, depreciation, and amortization (EBITDA) perusahaan pada 2025.

“Dari sekarang per tahun ini, mungkin 98% kontributor EBITDA itu adalah PLTU dan pertambangan, tahun depan akan berubah cukup signifikan,” kata SVP Corporate Strategy & Investor Relations TBS Nafi Sentausa pada Desember 2024.

Dia memperkirakan kontribusi EBITDA pada 2028 akan berimbang antara pendapatan berbasis bisnis nonbatu bara dengan batu bara.

Kinerja TOBA sepanjang 2024 sendiri memperlihatkan performa positif.  Laba bersih perusahaan menyentuh US$28,47 juta, naik 260,08% dibandingkan dengan posisi laba tahun sebelumnya di angka US$7,9 juta.

Dicky Yordan mengatakan kinerja keuangan sepanjang 2024 mencerminkan strategi transisi bisnis perseroan menuju energi terbarukan memberikan hasil positif.

“Segmen pengelolaan limbah yang kini mulai matang, telah menunjukkan potensi besar dalam mendorong pertumbuhan perusahaan,” kata Dicky lewat siaran pers, Kamis (13/3/2025).

Pada periode ini, TOBA mencatatkan pendapatan sebesar US$445,6 juta dengan EBITDA yang disesuaikan mencapai US$131,4 juta, naik 34,5% dibandingkan dengan US$97,7 juta pada tahun sebelumnya.

Sementara itu, laba operasi atau operating income perusahaan meningkat sebesar 46,9% dari US$63,9 juta menjadi US$93,9 juta, dengan margin laba kotor meningkat menjadi 18,2%.

“Kinerja keuangan tahun 2024 ini menunjukkan bahwa strategi kami dalam melakukan transisi dari bisnis berbasis batu bara menuju bisnis berkelanjutan memberikan hasil positif,” kata Dicky.

Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper