Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mitos dan Fakta Keberadaan Serangga Hingga Orang Utan di Perkebunan Sawit

Benarkah serangga disebut sebagai hama di perkebunan sawit? Lalu bagaimana dengan keberadaan orangutan yang mencari makan di lokasi tersebut?
Penampakan Konferensi Internasional Kelapa Sawit dan Lingkungan (ICOPE) 2025 di Bali pada 12 - 14 Februari 2025./ Istimewa
Penampakan Konferensi Internasional Kelapa Sawit dan Lingkungan (ICOPE) 2025 di Bali pada 12 - 14 Februari 2025./ Istimewa

Bisnis.com, DENPASAR - Produktivitas perkebunan sawit tidak hanya ditentukan oleh kualitas pokok pohon, pupuk, tanah dan tenaga kerja tetapi juga orang utan dan serangga.

Berdasarkan data Kementerian Pertanian, industri sawit telah membuka peluang usaha bagi 2,4 juta petani swadaya dan 16 juta pekerja. Dengan meningkatnya produktivitas perkebunan sawit, maka manfaat ekonominya pun semakin terasa. 

Pemikiran dan temuan seputar industri sawit dituangkan dalam Konferensi Internasional Kelapa Sawit dan Lingkungan (ICOPE) 2025 pada 12 - 14 Februari 2025. Konferensi yang diselenggarakan setiap dua tahun sekali dan bertujuan menjadi platformilmiah untuk pengembangan kelapa sawit berkelanjutan guna mengatasi tantangan lingkungan. 

ICOPE 2025 menyajikan berbagai sesi diskusi yang memperbincangkan tantangan industri sawit menghadapi perubahan iklim dan lingkungan. Berikut sejumlah pemikiran tentang temuan, pemirikan dan inovasi dalam industri sawit.


Mitos Kehidupan Orang Utan di Kebun Sawit

Kehadiran orangutan di kebun sawit sering kali memicu reaksi negatif dari petani, karena khawatir akan menimbulkan kerusakan signifikan. Hanya saja, ternyata orang utan tidak menimbulkan kerusakan parah seperti yang dibicarakan.

Peneliti Ilmiah untuk Departemen Satwa Liar Sabah, Mark Ancrenaz memaparkan perilaku orang utan yang beralih ke perkebunan sawit. “Ketika saya pertama kali bekerja di Borneo 25 tahun lalu, para ilmuwan percaya bahwa orangutan hanya bisa bertahan hidup di hutan primer,” ujarnya. 

Namun, seiring waktu, pemahaman itu mulai berubah. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa orang utan ternyata dapat beradaptasi dan bertahan di hutan sekunder, bahkan di perkebunan sawit. “Kami ingin tahu mengapa mereka berperilaku demikian,” lanjut Ancrenaz.

Tujuan orang utan bergerak ke perkebunan sawit adalah untuk mencari makanan seperti pelepah muda. Di sisi lain, dalam penelitiannya ia membongkar mitos bahwa orangutan adalah perusak kebun sawit. “Gangguan yang ditimbulkan orangutan sebenarnya sangat minimal,” tambahnya.

Ancrenaz dan timnya telah melakukan studi selama dua tahun untuk memahami interaksi antara orang utan dan perkebunan sawit. Salah satu temuannya adalah dalam dua tahun, produksi kebun yang terpapar orangutan sama baiknya dengan yang tidak didatangi.

Hal ini menunjukkan bahwa orangutan bisa hidup berdampingan dengan manusia tanpa mengorbankan produktivitas pertanian. Oleh karena itu, menurutnya para industri perlu merubah cara pandang terhadap satwa liar yang mendatangi kebun sawit mereka.


Rahasia Kesehatan Perkebunan Sawit Melalui Peran Penting Serangga

Staf pengajar nstitut Pertanian Bogor (IPB) dari Departemen Proteksi Tanaman, Purnama Hidayat mengatakan bahwa serangga di perkebunan sawit membantu produksi. Bukan seperti yang selama ini dipikirkan, bahwa serangga adalah hama.

Seperti kumbang dan semut yang sering kali dianggap sebagai hama oleh petani. Merujuk studi yang dilakukan pada 24 perkebunan sawit masing-masing 8 fully managed, partially managed, dan swadaya, Purnama dan timnya menegaskan bahwa pandangan ini perlu direvisi.

“Fungsi mereka di lingkungan sangat penting. Mereka bukan hanya pengendali hama, tetapi juga pemangsa dan membantu aerasi tanah. Peran serangga ini karena mereka adalah indikator utama untuk kesehatan sawit,” ujarnya.

Ini adalah fakta yang mengejutkan bagi banyak orang yang mungkin menganggap serangga tersebut sebagai ancaman. Dengan penelitian ini, Purnama berharap dapat mendorong petani untuk lebih memahami manfaat dari kehadiran serangga tersebut.

“Serangga ini bisa berfungsi sebagai pestisida alami, sehingga petani tidak perlu bergantung pada bahan kimia yang berbahaya,” serunya.


Gelombang Panas Ancam Kumbang Penyerbuk

Perubahan iklim, khususnya gelombang panas, berpotensi mengancam populasi Elaeidobius kameronicus, kumbang penyerbuk utama tanaman kelapa sawit di Asia Tenggara. 

Head of Crop Protection SMART Research Institute (SMARTRI), Mohammad Naim menyampaikan dampak suhu ekstrem terhadap serangga penting ini.

Naim mengatakan kumbang serbuk memiliki peran krusial dalam industri kelapa sawit di Indonesia. Oleh karena itu, kita harus meningkatkan efisiensi penyerbukan untuk memastikan produktivitas tetap optimal.

Dirinya menyoroti bahwa biaya penyerbukan menggunakan kumbang ini mencapai Rp1,8 miliar per hektare (Ha), sehingga efisiensinya sangat penting bagi industri.

Penelitian ini dilakukan dengan menguji dampak suhu ekstrem pada kumbang dalam berbagai kondisi selama 14 hari. Empat perlakuan suhu diterapkan, yaitu suhu ruangan (26-30°C), suhu dingin (15-10°C), suhu panas (30°C di sore hari hingga pagi), dan suhu ekstrem (43°C).

Hasilnya menunjukkan bahwa kumbang masih dapat bertahan pada suhu ruangan hingga 30°C tanpa perubahan signifikan dalam siklus hidupnya.  Namun, pada suhu 43°C, hampir semua kumbang mati dalam waktu singkat. 

Bahkan, ketika larva dipaparkan pada suhu ekstrem selama 1 hingga 5 hari, tidak ada larva yang bertahan untuk menjadi kumbang dewasa. “Ini menunjukkan bahwa gelombang panas dapat menghambat perkembangan kumbang dan mengurangi efisiensi penyerbukan,” jelas Naim.

Sementara itu, pada suhu dingin (15°C), sebagian besar larva tetap hidup (hingga 93%), meskipun mengalami perpanjangan siklus hidup. Paparan suhu ini selama 14 hari tidak menghambat perkembangan kumbang secara keseluruhan, tetapi memperlambat proses metamorfosis mereka.

Temuan ini menjadi perhatian serius bagi industri sawit, terutama di tengah meningkatnya suhu global. Di Asia Tenggara, gelombang panas telah tercatat dengan suhu ekstrem, seperti 53°C di Filipina dan 43°C di Lampung serta Sumatera Selatan.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper