Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah diminta tidak lepas tangan untuk mendorong kualitas kinerja sawit rakyat. Hal ini penting, mengingat kontribusinya bakal lebih strategis mendorong kinerja industri sawit di masa mendatang.
Kepala Center for Transdisciplinary and Sustainability Sciences (CTSS) IPB, Damayanti Buchori mengatakan perhatian pemerintah perlu terus tertuju kepada sawit rakyat. Mulai dari akses pendanaan, hingga edukasi pasar.
Terlebih untuk mendapatkan sertifikat keberlanjutan, seperti Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) dan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).
“Jadi bagaimana pemerintah masuk, sebenarnya lebih ke arah situ, peran pemerintah membantu sawit rakyat,” ujarnya di sela International Conference of Oil Palm and Environment (ICOPE) 2025, di Bali Beach Convention Center, Rabu (12/2/2025).
Sejauh ini untuk RSPO, tercatat sudah ada 44,320 pekebun swadaya dengan luas areal bersertifikat seluas 120,691 Hektare per November 2024. Adapun realisasi sertifikasi ISPO sebanyak 819 sertifikat per 6 Desember 2023, dimana 107 sertifikat merupakan kebun sawit rakyat dengan luas 426.000 ha.
Dari data tersebut, sertifikasi keberlanjutan sawit rakyat masih kecil. Merujuk luas perkebunan sawit rakyat mencapai 6,21 juta ha atau 40,51% dari total luas areal perkebunan sawit di Indonesia pada 2022.
Baca Juga
Damayanti mengatakan keterlibatan pemerintah juga perlu diarahkan untuk meningkatkan produktivitas dan produksi.
Saat ini, untuk meningkatkan produktivitas kebun sawit rakyat, Pemerintah telah melaksanakan program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR). Selama kurun waktu 2017 - 2023, BPDP telah menyalurkan dana PSR untuk 364.552 Ha bagi 160.000 Pekebun di seluruh Indonesia.
Sebelumnya, Chairman dan CEO PT Sinar Mas Agribusiness and Food, Franky Oesman Widjaja pebisnis sawit nasional juga diharapkan terus memberi dukungan yang konsisten kepada petani kecil dengan menyediakan akses pasar, dukungan teknis, teknologi, hingga pelatihan pertanian berkelanjutan.
Salah satu pendekatan yang bisa dilakukan adalah menggunakan model siklus tertutup yang inklusif. Model ini membantu meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani kelapa sawit, yang merupakan kunci untuk meningkatkan produktivitas minyak kelapa sawit Indonesia.
“Dengan bekerja bersama, kita dapat membangun masa depan di mana pertumbuhan ekonomi, keberlanjutan lingkungan, dan keadilan sosial,” ujarnya.
Chief Sustainability and Communications Officer PT Sinar Mas Agribusiness and Food Anita Neville mengatakan Sinar Mas tidak bisa bekerja tanpa keterlibatan petani rakyat.
“Jadi, saya tidak setuju bahwa mereka [sawit rakyat] kecil. Mereka bisa menjadi kontributor yang lebih besar bagi kami, terutama kalau tingkat produksi mereka bisa ditingkatkan,” jelasnya.
Sementara itu, Wakil Menteri Pertanian Sudaryono mengatakan untuk meningkatkan produktivitas, upaya penanaman kembali jadi harga mati. Tidak hanya bagi perusahaan besar, koperasi hingga sawit rakyat.
“Disiplin terhadap replanting, karena dengan penanaman kembali menggunakan bibit-bibit unggul, produktivitasnya kemudian naik,” ujarnya.
Sudaryono khawatir, apabila tingkat produktivitas tidak dapat ditingkatkan, tingginya demand untuk sektor energi bakal mengorbankan sektor pangan. Untuk itu, Kementan mendorong adanya intensifikasi dan ekstensifikasi sawit nasional.
“Karena dengan hasil produksi dari intensifikasi yang naik, perusahaan kelapa sawitnya juga tambah baik, jangan lupa juga itu memberi kesejahteraan petani juga lebih baik,” tambahnya.