Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Fenomena Atmosfer MJO Picu Hujan Ekstrem di Sejumlah Wilayah RI

Fenomena MJO yang berupa seruakan angin dingin dari Samudera Hindia
Ilustrasi hujan / Freepik
Ilustrasi hujan / Freepik

Bisnis.com, JAKARTA — Hujan deras yang mengguyur Jakarta dan sebagian daerah di Indonesia dalam beberapa hari terakhir dipengaruhi siklus balik dari fenomena atmosfer Madden Julian Oscilliation (MJO).

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan fenomena MJO yang berupa seruakan angin dingin dari Samudera Hindia ini sebelumnya sudah terjadi pada akhir bulan November hingga pertengahan Desember tahun lalu.

Adapun fenomena MJO yang diikuti oleh bibit siklon tropis pada periode tersebut mengakibatkan hujan deras dengan intensitas 30 mm hingga 50 mm memicu bencana hidrometeorologi banjir dan tanah longsor di sejumlah daerah di selatan Jawa Barat dan Sumatra Utara. Hal ini menyebabkan dampak cukup signifikan hingga menyebabkan jatuhnya korban jiwa.

“Seruakan udara dingin itu kemudian melandai dan saat ini berulang lagi. Memang siklus balik MJO dari Samudera Hindia ini pengulangannya terjadi setiap dua-tiga pekan atau 30-40 hari,” ujarnya dilansir Antara, Kamis (30/1/2025). 

Menurutnya, potensi hujan deras yang dipicu oleh fenomena MJO ini masih akan berulang di Jakarta dan sekitarnya dalam beberapa hari ke depan, hingga sampai dengan dasarian pertama bulan Februari yang merupakan puncak musim hujan.

Tim meteorologi BMKG mendeteksi pada periode tersebut hujan deras juga masih berpotensi mengguyur Sumatra Utara, Jambi, Kepulauan Bangka Belitung, Lampung, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Maluku Utara.

Kemudian untuk potensi hujan dengan intensitas sangat deras (lebih dari 50 mm) di Sumatera Barat dan Jawa Barat.

“Poinnya adalah hampir setiap bulan atau 1 minggu – 2 minggu terjadi cuaca ekstrem seperti ini,” katanya. 

Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG Eko Prasetyo menuturkan masyarakat kawasan pesisir diminta melakukan segenap upaya antisipasi atas potensi hujan ekstrem atau sangat deras akibat fenomena La nina lemah yang juga mampu meningkatkan volume banjir pesisir rob termasuk di Jakarta.

Volume banjir rob di kawasan pesisir itu akan meningkat ketika hujan deras terjadi berbarengan dengan fase pasang maksimum air laut.

“Intensitas curah hujan dampaknya untuk daerah pesisir adalah ketika terjadi berbarengan dengan fase pasang maksimum. Volume bertambah ketika terjadi pasang maksimum,” ucapnya. 

Menurutnya, peningkatan curah hujan itu tidak ada kaitannya dengan tinggi gelombang air laut sehingga aktivitas pelayaran kapal nelayan atau transportasi laut cenderung masih kondusif.

Namun potensi banjir rob ini menurut dia, akan berdampak pada aktivitas masyarakat di pesisir secara umum, aktivitas tambak garam dan perikanan darat, serta berdampak untuk aktivitas seperti bongkar muat di pelabuhan.

Pasalnya, fenomena atmosfer MJO di Samudera Hindia mengarah ke wilayah Indonesia yang secara umum saat ini dalam periode puncak musim hujan bersamaan dengan fenomena La nina lemah. Tim maritim BMKG juga mendeteksi adanya fenomena Bulan baru dan Perigee (jarak terdekat bulan ke bumi) pada 29 Januari – 2 Februari yang berpotensi meningkatkan ketinggian air laut maksimum-banjir rob di sejumlah daerah di Indonesia.

Selama periode tersebut banjir rob berpotensi menyasar wilayah Pesisir Sumatra Utara (Medan Belawan, Medan Labuhan, Medan Merelan), Kepulauan Riau (Batam, Dabo Singkep, Karimun, Bintan), Sumatra Barat (Padang Pariaman, Padang, Painan).

Kemudian Jambi (Selat Berhala), Kepulauan Bangka Belitung (Pangkal Pinang, Mentok), Lampung (Bandarlampung), Banten (utara Tanggerang, utara Serang, Selat Sunda Pandeglang, selatan Pandeglang, selatan Lebak).

Kemudian pesisir Jakarta (mayoritas daerah pesisir utara Jakarta), Jawa Tengah (selatan Sukabumi dan Cianjur, Cilacap, Kebumen, Purworejo, Semarang, Demak, Pekalongan, Brebes, Tegal, Pemalang), D.I. Yogyakarta (Yogyakarta), Jawa Timur (Surabaya pelabuhan, Surabaya timur).

Nusa Tenggara Barat (Lombok dan pesisir Bima), Kalimantan Timur (Balikpapan timur dan barat), Kalimantan Selatan (Barito, Kotabumbu, Tanah Baru, Tanah Laut), Kalimantan Tengah (Kotawaringin, Kotawaringin Barat), Kalimantan Barat (pesisir Kalimantan Barat), Maluku (Maluku Tengah, Saumlaki, Kepulauan Kai, Aru, Seram bagian timur, Ambon), Maluku Utara (Loloda, Morotai, Tobelo, Ternate, Taliabu).

BMKG menyarankan kepada masyarakat khususnya yang beraktivitas di kawasan pesisir ataupun lereng perbukitan untuk terus mengikuti perkembangan cuaca harian yang dilaporkan tim prakiraan cuaca BMKG setiap 3 jam sekali. Selain itu, mematuhi petunjuk penanggulangan dampak bencana oleh petugas dari instansi pemerintah terkait di daerah masing-masing.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yanita Petriella
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper