Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Roeslani merayu para investor asal Inggris agar mau menanamkan modalnya ke Indonesia, khususnya ke sektor energi terbarukan.
Rosan sendiri menghadiri pertemuan Indonesia-United Kingdom Climate and Green Finance di London Stock Exchange pada Kamis (21/11/2024) waktu setempat. Dalam sambutan, dia memaparkan potensi besar pengembangan energi terbarukan di Indonesia.
Hanya saja, sambungnya, pemanfaatan energi terbarukan tersebut belum optimal: Indonesia memiliki potensi energi terbarukan sekitar 3.700 gigawatt (GW) dari tenaga surya, pasang surut, hidro, dan panas bumi tetapi baru kurang dari 1% potensinya yang telah digunakan.
"Kami ingin mendorong pemanfaatan sumber daya ini untuk mengurangi ketergantungan pada energi berbasis bahan bakar fosil," jelas Rosan, dikutip dari rilis persnya, Jumat (22/11/2024).
Mantan bos Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) ini turut memamerkan potensi besar pengembangan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) di Indonesia.
Menurutnya, CSS merupakan salah satu solusi utama untuk mengurangi emisi karbon secara signifikan.
Baca Juga
"Kami memiliki potensi besar dalam penyimpanan karbon, sekitar 700 gigaton. Oleh karena itu, kami bekerja sama dengan banyak pihak untuk memanfaatkan potensi ini," katanya.
Rosan juga menyoroti pentingnya edukasi dan kolaborasi untuk menjembatani kesenjangan global dalam mengatasi perubahan iklim serta pengembangan pasar karbon yang dapat dikolaborasikan antar kedua negara sesuai dengan standar internasional.
Lebih lanjut, dia menekankan komitmen Indonesia dalam mencapai target Net Zero Emissions pada 2060. Kendati demikian, dia menekankan pentingnya mitra internasional agar target tersebut dapat lebih cepat tercapai.
Dia mengaku pemerintah Indonesia terus berupaya menciptakan iklim investasi yang lebih ramah dan terbuka bagi investor asing. Pemerintah, klaimnya, telah berupaya menyelaraskan kebijakan antara pemerintah pusat dan daerah agar proses perizinan lebih efisien dan ramah bagi investor.
Rosan mencontohkan pemerintah telah merevisi daftar negatif investasi: dari lebih dari 100 industri yang tidak dapat dimasuki oleh pihak asing pada 2021, kini hanya enam industri saja.
"Kami memiliki target untuk mendorong nilai investasi secara signifikan dalam waktu dekat, dan itu membutuhkan kolaborasi erat di berbagai sektor," ujarnya.
Sebagai informasi, pertemuan Indonesia-UK Climate and Green Finance diselenggarakan sebagai bagian dari peringatan 75 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Inggris.
Forum ini mempertemukan para pemimpin bisnis dan pejabat tinggi dari kedua negara untuk membahas peluang investasi berkelanjutan di Indonesia, termasuk di sektor energi terbarukan, teknologi hijau, dan penangkapan karbon.
London sendiri dikenal sebagai pusat global untuk pembiayaan hijau. London berada di peringkat pertama dalam Global Green Finance Index (GGFI).